SENJATA MAKAN TUAN

SENJATA MAKAN TUAN
Perasaan cemas bercampur gelisah mendengar ada mata kuliah English For Tourism di semester VI yang finalnya dilakukan dengan melakukan tour. Saat mendengar kata “TOUR” pikiranku pasti berbaur dengan mobil, dan aku sangat anti dengan mobil. Tapi ada cerita yang mengatakan bahwa ketakutan bukan untuk dihindari tapi untuk dilawan. Saat itupula lah kecemasan itu berubah menjadi rasa penasaran yang menunggu waktu yang diperbincangkan tersebut. Dan aku tak perlu khawatir karena ada senjata pamungkas yang selalu setia menemaniku di setiap melakukan perjalanan dengan mobil. Senjata pamungkas itu adalah “ANTIMO dan TAMARIN”. Hari yang dinanti-nanti akhirnya datang juga, di mana di hari itu suatu kegiatan tour sebagai final dari mata kuliah English For Tourism dengan destinasi Polman dan Toraja dilaksanakan. Kami pun melakukan tour selama 5 hari 4 malam, 2 malam di Polman dan 2 malam di Toraja.  Sehari sebelum hari keberangkatan panitia destinasi lokal mengumumkan bahwa “jam 7 pagi kumpul di kampus 1, siapa yang terlambat akan ditinggal”. Meski dengan adanya ancaman tersebut teman-teman masih tetap berpegang teguh dengan jam karetnya, sehingga kita molor 2 jam. Sebelum berangkat saya membeli banyak persiapan makanan seperti antimo, permen dan cemilan lainnya sebagai persediaan dijalan. Setelah semua berkumpul kami pun akan melakukan beberapa kunjungan terlebih dahulu di kota Makassar. Kunjungan pertama mengunjungi Hotel Clarion dengan memasuki beberapa fasilitas unggul yang terdapat dalam Hotel seperti dapur, ruang meeting, Sky Garden Pool, Wedding Arcade, dan Phinisi 1. Kemudian lanjut ke Dinas Pariwisata Kota Makassar, Kunjungan ketiga ke LPP TVRI setelah salat jumat. Dengan memasuki berbagai ruangan, salah satunya adalah Sub Control yang berfungsi untuk mengontrol jalannya acara ke TV baik siaran langsung maupun tidak langsung. Kemudian kunjungan terakhir yaitu salah satu tempat makan atau Restoran Makassar dengan background laut sebelum berangkat menuju Polman.
Setelah beberapa kunjungan itu kami pun bergegas meningggalkan kota Makassar menuju Kabupaten Polewali-Mandar. Perjalanan menuju tempat tujuan tersebut sungguh melelahkan jika tidak ada campuran gurauan teman-teman dalam mobil. Karena disamping perjalanan yang dilakukan ini sangat jauh dengan melewati lima kabupaten seperti Maros, Pangkep, Barru, Kota Pare-Pare, dan Pinrang. Ketika Posisi mobil berada di kabupaten Pangkep tiba-tiba ada teman yang menghentikan mobil karena kebelet pipis, langsung memecahkan kesunyian dengan tawa yang timbul ketika itu. Dan anehnya ketika mobil berhenti bukan hanya teman yang berteriak tersebut yang turun tapi beberapa orang ikut turun bagaikan anak ayam yang ingin keluar dari kandangnya. Setelah semua selesai buang air, mobil kembali melaju dan kami pun melanjutkan tidur. Ketika mobil berhenti di sebuah Pertamina di Kabupaten Barru kami semua terbangun, ketika terbangun mataku langsung melirik kesana-kemari mencari tulisan SARI ROTI, tak lama mataku pun mendapati tulisan yang kucari-cari tersebut. Saya pun turun membeli makanan tersebut bersama teman-teman yang juga ngiler dengan makanan tersebut.
Setelah beberapa teman membeli minum dan makanan, kami semua pun naik ke mobil dan kembali melanjutkan perjalanan. Setelah mobil berhenti , kini tak ada lagi yang tertidur kami pun membuat lelucon yang sangat konyol sekalipun untuk membuat yang lainnya tertawa. Kami saling mengejek satu sama lain demi untuk membuat mereka tertawa. Kami pun ngobrol sampai memasuki Kabupaten pinrang. Sampai di Pinrang kami pun kembali tertawa dengan suara yang kencang yang menggubrak isi mobil karena ada salah satu teman yang katanya berasal dari Pinrang namun tidak tahu dimana letak rumahnya ketika ditanya oleh salah satu teman dalam mobil. “ Rinyol, rumah kamu dimana?”, dia pun menjawab “rumahku setelah batas Kota sebelah kanan dekat penjual kayu, ada bengkel di sampingnya” jawabnya dengan rinci. Sampai kita melewati batas kota, kembali pertanyaan itu terlontar “ rumah kamu dimana, rinyol? Di depan sudah memasuki batas kota”, dia pun melirik ke samping  sambil mencari-cari rumahnya dan akhirnya menyahut “ ohhh rumahku dimana?” semua anak-anak di mobil langsung tertawa terbahak-bahak sampai kita melewati sebuah pesta pernikahan, dan akhirnya teman kami yang lupa rumahnya tersadar kalau rumahnya baru ada di depan karena yang pengantin itu ternyata sepupunya.
Setelah capek tertawa dan mengejek satu sama lainnya kita pun tertidur pulas. Sampai-sampai tidak ada yang tersadar kalau kita sudah sampai di penginapan Sinar Mas yang akan kami tempati di Polman. Kami pun turun dari mobil untuk melakukan check in sekaligus mengangkat barang-barang yang kami bawa untuk kemudian dimasukkan ke dalam kamar. Sebelum masuk ke Penginapan, kami di bagi kedalam beberapa kelompok dan setiap kamar terdiri dari 3 orang. Setelah mendapatkan kunci kamar masing-masing kami pun masuk kekamar. Dan langsung ngobrol sebelum tidur. Kamar pun acak-acakan karena penghuni kamar itu adalah cewek-cewek pemalas, tapi tak ada yang keberatan tuh dengan kondisi kamar itu. Hanya teman yang lain saja yang merasa terganggu dengan kamar tersebut, sampai-sampai ada salah anak laki-laki yang datang cari makanan dan mendapatkan kondisi kamar yang berantakan tersebut langsung berkomentar “ ini kamar, kamar cewek ato cowok, berantakan banget” mendengar komentar itu kami justru tertawa terbahak-bahak, bukannya tersinggung dengan omongan teman laki-laki tersebut.
Pertarungan hari kedua pun dimulai, dengan naik mobil lagi, dan telah kusiapkan senjata pamungkas itu dalam kantongku banyak-banyak. Seharian kita melakukan perjalanan ke kota Polman. Tidak jauh dari penginapan yang kami tempati saya mendengar Tour Guide menunjuk sebuah bangunan yang dinamakan GADIS yang berada tepat di sebelah kanan kita. Dalam pikiranku ketika mendengar nama tersebut bahwa yang bisa masuk ketempat itu hanya gadis-gadis ternyata salah. Karena nama tersebut ternyata singkatan dari Gabungan Dinas yang disingkat dengan istilah GADIS. Sungguh kreatif pemerintah kabupaten tersebut. Kita pun menuju pantai Palippis yang suasananya sangat cocok untuk berfoto-foto. Di tempat tersebut ketika ingin turun ke pinggir pantai kita harus turun tangga yang otomatis ketika pulang harus menanjak melalui tangga –tangga ini juga, namun kebersamaan ternyata tidak menyulitkan apa yang kupikirkan tersebut. Ditempat tersebut ada sebuah kuburan yang menurut teman kami yang berasal dari daerah tersebut merupakan kuburan Tomanurung, orang yang pertama turun di tempat tersebut. Kami pun dengan asyiknya berfoto tak peduli dengan sinar matahari yang menyengat pada saat itu serta sampah-sampah yang berserakan di pinggir pantai itu pun tak kami pedulikan yang penting foto.
Selesai mengunjungi pantai tersebut kami pun menuju sebuah desa yang bernama Pambusuang tempat tenun serta tempat pembuatan kapal sandek dan juga merupakan tempat penghasil telur ikan twin-twin yang bahasa biasanya ikan Terbang. Diperkampungan nelayan kami pun melihat langsung pembuatan sandek tersebut, dan para nelayan yang kami datangi di tempat tersebut welcome dan ramah-ramah. Saya pun hampir muntah karena naik dikapal yang sedang di perbaiki yang bauhnya sangat amis membuatku tak tahan tapi penasaran ingin mendengar cerita salah seorang nelayan yang sedang diwawancarai oleh salah satu teman yang juga berada di atas kapal. Selesai mewawancarai nelayan tersebut kami bergegas menuju tempat menenun yang menurut Tour Guide kami, ibu-ibu rumah tangga di kampung tersebut ketika suaminya pergi melaut, mereka bekerja dirumah dengan menenun.
Setelah itu kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke kota untuk mencari tempat makan. Setelah makan kami pun pulang, namun tak jauh dari tempat makan tepatnya di lapangan sepak bola Mandar kami melihat beberapa mahasiswa berambut gonrong duduk dipinggir jalan, kami pun mengira akan ada demo karena ada banyak sekali orang disana. Ternyata setelah cek per cek di tempat itu ada acara dari Komunitas Mapala Polman, dan mereka menunggu kedatangan Band Slank yang disambut dengan Saiyyang Pa’tuddu yang berarti Kuda Menari sebuah adat di Polman ketika ada acara-acara besar. Menurut Tour Guide kami katanya “sayang, kalo adik-adik tidak singgah untuk menyaksikan acara ini” karena katanya Adat tersebut sangat jarang ditemukan ketika kita mengunjungi Kota Polman ini, karena Adat tersebut hanya di gunakan pada acara-acara tertentu saja. Kami adalah orang beruntung kata Tour Guide”. Kami           pun diberi kesempatan untuk menunggu kedatangan Slank dan menyaksikan 3 lagu yang dibawakan baru pulang.     setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju ke penginapan untuk istirahat dan menyiapkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan keesokan hari ke Toraja yang memakan waktu kurang lebih 10 jam.
Matahari pun mulai menampakkan cahayanya. Kami pun di suruh siap-siap karena sebelum menuju ke Toraja terlebih dahulu kami ingin singgah di pantai Polewali untuk berfoto-foto yang tempatnya tidak jauh dari penginapan setelah melakukan check out. Diperjalanan menuju Toraja tantangannya sangat berat karena kita harus melewati jalanan yang berliku-liku. Sampai pada pertengahan hari kita berhenti untuk makan siang di sebuah warung yang disekelilingnya terdapat gunung-gunung yang disebut nasyarakat setempat dengan gunung Nona yang terbentang sangat  indah dan cantik. Pemandangan yang indah tersebut kami nikmati sambil manyantap makan siang. Setelah makan siang, kami pun melanjutkan perjalanan, setelah makan teman-teman semua belanja atau membeli makanan aku hanya membeli sebungkus permen Tamarin dan 2 Tablet Antimo, senjata yang menemani perjalananku. Sehingga salah satu teman menegurku “ hei Nur cemilan kamu asyik yahhh “Antimo” hkhkhk”, katanya mengejek.
Sebelum magrib kami pun akhirnya tiba di Toraja, tanah yang dominan penduduknya adalah Kristen membuat kita harus waspada terhadap makanan yang ingin kami jajankan. Seperti tempat sebelumnya, kami harus melakukan check in terlebih dahulu sebelum kami di bagi kedalam beberapa kelompok untuk tidur. Kami pun disuruh mandi dan siap-siap untuk makan malam bersama di hotel tempat kami menginap. Setelah makan malam kami pun di suruh istirahat untuk mengumpulkan tenaga untuk perjalanan esok harinya. Kunjungan pertama yang kami datangi di Toraja, yaitu Lemo dengan berjalan kaki berkeliling di tempat tersebut dengan melewati pematangan sawah, dan kandang-kandang babi. Karena jalanan yang becek dan licin kami terpaksa harus berjalan kaki. Namun sebelum memasuki Lemo kami singgah terlebih dahulu ke Rumah-Rumah Atang yang digunakan sebagai lumbung padi dan berpesta besar. Sesampai di Lemo kami melihat beberapa lubang yang ada di Goa yang sengaja dilubangi sebagai tepat atau kuburan bagi masyarakat di sana.
Kunjungan ke dua kami ke Baby Grave tempat kuburan para bayi yang meninggal di bawah 3 bulan yang kuburannya didalam sebuah batang pohon mati berbeda dengan orang dewasa yang disimpan di goa. Kunjungan terakhir pada hari setelah melakukan makan siang ke Kete’ Kesu disana banyak pengalaman yang tak kala serunya karena kami masuk menyaksikan beberapan bentuk-bentuk aneh dalam goa tempat penyimpanan mayat yang digunakan oleh orang Toraja sebagai kuburan. Setelah keluar dari dalam goa kami pun menuju keluar dengan melewati berbagi tempat belanja dan sesekali singgah menawar dan membeli beberapa oleh-oleh. Setelah dari Kete’ Kesu kita pun menuju ke pasar tempat pembelian souvenir-souvenir namun banyak teman-teman yang ingin kembali ke Kete’ Kesu karena menurutnya harga dipasar 2x lipat lebih mahal dan ketika mereka menawar, harganya tidak bisa kurang. Kami pun belanja hingga magrib dan melanjutkan perjalanan untuk mencari mesjid dan tempat makan. Ada yang shalat dan ada juga yang makan, makanannya juga enak karena kita di suruh memilih apakah ingin makan ditempat itu atau makan di penginapan.
Sesampai di hotel kami pun istirahat setelah makan malam. Keesokan harinya tempat yang ingin kami kunjungi sebelum bergegas pulang adalah Londa. Namun perjalanan menuju ketempat tersebut di tempuh dengan menggunakan kaki, dengan melewati berbagai macam rintangan, ada teman yang jatuh karena licin, ada yang buka sandal dan sepatunya. Karena jalannya sangat becek. Disana kami tak lama-lama karena kita akan pulang dengan melakukan perjalanan kurang lebih 11 jam lagi.
Sebelum mobil berangkat, aku makan senjata pamungkasku karena berhubung jalanannya berliku-liku, jadi aku siapkan payung sebelum hujan. Sebelum sampai ditempat makan jalanannya mulai berliku-liku dan kepalaku serasa ingin pecah plus ingin muntah rasanya, jadi aku tambah lagi senjata itu dan akhirnya inilah yang mungkin biasa dikatakan orang “SENJATA MAKAN TUAN” karena antimo yang kuminum sebanyak 2 butir itu, aku jadi teler dan tidak bisa ngapa-ngapain hanya terbaring lemas. Sehingga teman-teman makan siang rame-rame aku justru teler dalam mobil gara-gara kebanyakan minum antimo. Pada saat itu langit yang cerah berubah menjadi gelap, pemandangan yang indah di sekeliling pun aku hiraukan gara-gara sakit yang tak tertahankan. Sampai mobil berhenti di sebuah mesjid aku pun turun untuk buang air dan akhirnya perasaanku kembali membaik, sakit dikepalaku telah hilang. Dan akhirnya aku bisa menikmati indahya pemandangan dan cerahnya langit, serta indahnya bentangan gunung, sawah, sungai yang kita lewati seakan membuat perjalanan kami begitu sempurna dan tak terlupakan.     

THE END

Komentar

Postingan Populer